“Buat
aku, kamu itu baik .. ramah .. gak sombong .. penyayang. Walaupun terkadang ada
sikap kamu yang di luar normal. Entah itu unik, entah itu aneh. Yang jelas kamu
itu special buat aku. aku suka sifat jail kamu. Orang jail kan pintar ya?
Pintar jailin orang maksudnya J.
Kamu adalah obat paling ampuh kalau aku lagi sedih, galau dan semacamnya. Tapi
terkadang, kamu itu abstrak, misterius. Di satu sisi kamu itu bodoh, gak pernah
jujur sama apa yang kamu rasain. Inginnya terlihat kuat, padahal tidak. Kadang
juga kamu egois, gak mau kalah. Kamu itu selalu ingin berbuat kebaikan sama
orang lain, tapi sering sungkan menerima kebaikan dari orang lain.
KAMU
ITU HEBAT, TAPI LEBIH HEBAT LAGI KALAU KAMU, TIDAK SERING BERSANDIWARA”
***
Ingin ku jelaskan …
Dan aku tidak pernah memaksa siapapun untuk tetap
tinggal dan nyaman di sampingku. Kau tahu berapa kali aku kehilangan? Kau tahu
telah ku habiskan berapa lama untuk tinggal bersama sepi yang kadang lebih rela
menjadi teman? Kau tahu berapa ribu kata yang sudah ku tulis sebab enggan untuk
bicara?
Banyak …
Sampai aku jadi lupa, siapa pernah menjauhkanku dari
rasa percaya.
Sampai aku jadi lupa, siapa pernah membuangku dari
rasa hangat.
Siapa pernah melunturkan tegasku dari segala yang
baik, yang seharusnya tetap ku anggap baik.
Semuanya pudar, seiring aku berjalan, seiring aku
melangkah, sejauh aku pergi, sejauh itu pula aku makin kehilangan. Aku hanya
tak ingin banyak yang tahu, segala yang tak bisa kupunyai, yang tak bisa ku
lakukan. Seberapa sering aku jatuh, sesering itu pula aku bangun dan merayap
sendirian. Bukan egois, aku hanya tak ingin jadi perepot diantara banyak tawa
yang masih bisa tertawa. Bukan egois, aku hanya tidak tahu, bagaimana caranya,
agar aku tak sendirian. Aku sudah lupa, dan tak ada yang membantuku untuk
mengingatnya, lagi.
Akupun tak pernah bersandiwara. Hanya saja, sedang
mencoba meredam tangis yang kadang mencekik, sampai aku tak kuasa bicara,
bahkan mengucap doa. Tapi boleh kau panggil aku begitu? Boleh. Setidaknya aku
tahu, sedikit kecil, kau mencoba memahami aku. meski kau bilang aku misterius. Meski
aku aneh, maka seperti itulah aku untukmu.
Aku tidak bersandiwara, hanya mungkin aku lebih
mirip diam diam sakit. Diam diam lelah. Bukan tak ingin menampakkan pada
siapapun. Sebab kadang aku tidak tahu bagaimana cara berbagi. Sebab aku takut. Sebab
banyak hal yang tak bisa ku perjelas, yang tak bisa ku utarakan. Mengapa? Rumit.
Cukup begitu saja ku jelaskan.
Mengertilah, bahwa terkadang manusia butuh sekedar
rongga legang agar ia mampu bernafas leluasa. Mengertilah bahwa indera
terkadang tak mampu menjamah bagian mana yang salah, hanya dengan terka. Dan mengertilah,
terkadang memahami meski tak pernah tahu apa yang harus kau fahami, lebih baik
daripada memaksa cerita harus bicara.
Aku tidak pernah mendapati kata yang pas untuk
sekedar mewakiliku dalam bahasa. Bisa kau ajari aku? kalau memang kau fikir,
aku terlalu menutup diri. Maka harus dari mana aku mulai? Harus dari mana aku
mengutarakan? Kalau untuk mengawalinyapun, aku tak mampu.
Pada akhirnya, kau akan faham mengapa aku lebih
mencintai diam. Mencintai sepi. Mencintai sendiri. Mengapa? Sebab percuma,
ketika aku bicara, tapi tak pernah ada yang mengerti. Hanya sekedar menambah
luka pada lara. Kau tega?
Percayalah, nanti pada saatnya, aku tidak lagi menjadi
orang aneh seperti yang mereka bilang. Percayalah bahwa suatu hari nanti,
ketika Tuhan sudah bilang cukup, aku akan membaik dengan sendirinya. Aku hanya
butuh waktu. Dan sekarang mungkin bukan waktunya.
Tapi,
Bisakah kau tetap sepertimu saat ini ?
Tetaplah menjadi salah satu ranting yang
mengenyahkan panas untukku. Bisa kau bantu aku? sekedar agar aku bisa yakin
kembali, pada satu kata yang sudah lama absen dari ku, percaya. Tetaplah sepertimu
saat ini, agar aku tahu, aku tak benar benar sendirian.
Namun,
Jika suatu hari nanti kau merasa sudah lelah, tak
usah khawatir. Sebab diamku juga tak pernah menahanmu untuk pergi, sejauh yang
kau ingin. Sebab, pada akhirnya, siapapun yang ku miliki, baik itu kau temanku,
orang tuaku, saudaraku, siapapun itu, sejatinya akan pergi. Sampai yang tersisa
hanya keping kenangan yang menyisakkan rindu.
Terimakasih,
Sudah menjadi teman, seberkas cahaya, bintang kejora
yang indah dan cerita yang tak pernah bosan untuk ku ingat. Juga … untuk pesan
yang telah kau sampaikan padaku.
21 Mei 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar